Pages

Kamis, 24 November 2011

Sepasang Bidadari Bermata Sayu

              Memberanikan diri mengungkapkan keinginan saya kepada sang Bidadari bermata sayu malam itu, malam sekali hampir telah larut waktu itu, saya mengucapkan kata kata dengan bibir bergetar laksana bermalam di antartika menggigil dingin, dingin sekali malam itu.

"Ngapain, kamu ke Ibu kota, disana sudah jarang orang baik, mau makan apa nanti kalau belum dapat kerjaan, Lagi disana kita tidak punya sanak sodara"
Ceritanya,

                Seketika kaki saya terasa lemas "pasti saya tak di Ijinkan lagi" saya bergumam, dan memang benar saya tak di ijinkan untuk lepas dari pelukan eratnya selama 19 tahun ini,

sangat bertolak belakang dengan apa yang saya inginkan "Kemana mana itu boleh saja, Asalkan tetep berjalan di Jalan-NYA" Itulah kata kata yang saya harapkan keluar dari bibir ajaib sang Bidadari

"Tapi Bu', saya ini sudah dewasa, ini waktunya untuk belajar, belajar hidup belajar mengerti keadaan, belajar berdiri sendiri "

dan saya hanya bisa menyakinkan Mereka dengan kuat, serta merta mereka menolak dengan kuat pula.

"Kamu belum pernah kesana, semua Informasi yang kamu dapatkan tabu, bagaimana kalau seandainya kamu ditipu, di Jakarta itu teman sendiri aja dimakan apalagi temannya teman, mikirlah kau sampai disitu jangan cuma mikir enaknya saja"

Rasanya tembus tembakan tembakan itu kedalam dada ini pas mengenai tulang paru paru sebelah kanan -retak-

                Semau berawal dari saya, ketika saya bersikeras ingin ke Ibu kota hanya untuk Mandiri, iya mandiri dari dulu memang saya berada di bawah ketiak 'Sepasang Bidadari Bermata Sayu' olehnya saya dipeluk erat tak terlepaskan mungkin hingga nanti tapi tak selamanya
Tapi toh akhirnya saya mengurungkan niat juga, Karena memang saya pengecut saya tidak punya keberanian untuk membuktikan bahwa saya ada dan saya punya ini MIMPI
Ingat Jangan pernah kamu mengambil suatu keputusan kala hatimu sedang dalam masalah

              Akhirnya setelah saya bersusah payah memutar otak memang ada benarnya dan saya harap maklum, Kau tak kan pernah mengerti perasaan Sepasang Bidadari, termasuk keajaiban apa yang sedang ia persiapkan untuk buah hatinya, kau tak kan pernah tau karena kau belum menjadi Seorang Bidadari, tunggulah nanti bila kau telah menjadi Seorang Bidadari tentu kau akan tau dengan sendirinya

             Bukan kah seorang Ayah menunjukkan kasih sayangnya dengan memberikan kita nafkah setiap hari tanpa harus ia bertanya "Sudah makan kamu nak, sudah mandi, sudah mengerjakan PR"

"Beruntungnya saya memiliki Sepasang Bidadari Bermata Sayu, yang selalu ku rindu
Terlalu condong hati ini terhadapmu hingga tak peka akan cinta birumu" :)


-Andri-

6 komentar:

  1. salam hangat ya untuk sang bidadarinya... Dia tau yang terbaik buat anaknya :)

    salam kenal

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Ridha Allah tergantung ridha orangtua bang . .. . .mimpi itu pasti terwujud ! Dream,beleve,make it happen kakakakaaa

    BalasHapus
  4. kayak kenal sama semboyan yang itu *kasih tau gak ya*

    BalasHapus
  5. Ada kalanya harus mengikuti kehendak orang tua, santai sja

    BalasHapus
  6. Belum ada cerita orang tua ngejrumisin anaknya ke jurang so believe in theirs

    BalasHapus